Sabtu, 2 Februari 2013

Di manakah nilai hati kita...!


Salah satu perkara yang membuat kita jadi munafik adalah ketika berkumpul dengan orang ramai. Kita lebih sibuk mengatur kata dan sikap supaya terlihat baik dalam pandangan mereka. Padahal, yang paling penting adalah mengatur hati supaya diterima Allah, iaitu diredhai Nya.

Penilaian orang terhadap kita sama sekali tidaklah penting. Yang penting penilaian Allah. Walau dipuji orang ramai, tapi jika Allah tidak redha, hanya kerugian  yang diperolehi. Sebaliknya, dicaci orang lain, tapi Allah redha, maka kita termasuk dalam golongan yang beruntung.

Ketika sedang bersendirian, sedarilah  bahawa Allah Maha Tahu isi hati kita. Sebelah kiri dan kanan ada malaikat yang siap mencatat segala amalan. Ketika berjalan, kita cenderung mengatur gerak supaya kelihatan bagus, kelihatan gagah di mata manusia. Seharusnya, kita sibuk bertanya pada hati kita. Ada ujub atau tidak, ada riya atau tidak. Bagus berjalan tegap, tapi kalau niatnya supaya terlihat gagah, tidak ada untungnya.

Jika kita berjumpa dengan orang, dan hendak berbicara, tanya terlebih dahulu hati kita. Apakah bicaranya ini kerana riya atau membangga diri? Apakah perlu kita berbicara? Apakah pembicaraan ini sedang mengangkat diri atau menjatuhkan orang?

Misalnya sedang mengajar, periksa terlebih dahulu hati kita. Apa ingin dilihat sebagai guru yang pintar atau hebat. Kalau kita selalu berusaha mengawasi hati, maka akan terlahir ketulusan. Allah akan menggunakan lisan dan sikap kita menjadi bertenaga. Mungkin sederhana tapi ada tenaganya.

Kalau kita duduk dan ada orang disamping kita, jangan berbuat sopan hanya untuk dilihat dan dinilai baik. Berbuat sopanlah kerana amalan tersebut memang disukai Allah. Kalau kita terus sibuk memeriksa hati, maka hati nurani akan bicara. Kalau bertanya ke hati, pasti hati menjawab.

Orang yang kenal Allah, akan lebih menikmati saat-saat kesendiriannya. Tidak ada rekayasa sikap, ucapan, bahkan perasaan untuk dipuji orang. Allah Maha Dekat, Maha Melihat, dan Maha Tahu segala isi hati dan perbuatan kita. Tanyalah para kekasih Allah, pasti mereka senang menyendiri. Keluarnya untuk manfaat. Keluar dalam tugas atau pekerjaan. Bukan untuk menyenangkan dirinya. Wallahu’alam 

Tiada ulasan:

Catat Ulasan